Beras Itu Emas
Papa Erni menceritakan bahwa Daerah Dumoga dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Bolaang Mongondow. Tapi kini status tersebut mulai terancam dengan rusaknya daerah resapan air di kawasan taman nasional Bogani Nani Wartabone akibat perambahan kawasan. Perambahan dimaksudkan untuk membuka kebun dan menambang emas. Akibatnya bukaan di kawasan taman nasional semakin besar, debit air menurun dan sedimentasi meningkat sehingga di musim hujan kerap terjadi longsor dan banjir. ”Jika banjir terjadi rumah akan terendam dan air bertahan sampai dengan 4 hari” terang Papa Erni. Dan tentu saja kawasan persawahan disini akan rusak dan petani akan mengalami kerugian, katanya lebih lanjut.
Menurutnya bertani pada saat ini semakin besar tantangan atau kesulitannya. Pemakaian air harus diatur agar semua bisa kebagian. “Kini setahun hanya bisa menanam padi dua kali, dan kemudian diselingi dengan palawija” ujarnya. ”Padahal dulu pasokan air sungguh melimpah” katanya sambil menunjuk persawahan yang dulunya adalah kebun atau ladang yang karena banyaknya air kemudian dirubah menjadi sawah. Dalam pandangan Papa Erni sebenarnya warga tak perlu menambang karena lahan yang bisa diolah dan ditanami berbagai komoditi pertanian masih terbentang luas. Kawasan taman nasional harus dilindungi dan dijaga keberadaannya agar tetap memberikan keuntungan yang abadi yaitu air yang melimpah dan kesuburan yang tinggi. ”Namun sulit untuk mengurungkan niat orang menambang ” ujarnya. ”Sebab kebutuhan orang berbeda-beda dan tingginya harga emas membuat orang tergoda untuk mengadu untung di lubang tambang”, lanjutnya. Menurutnya para petani umumnya pergi menambang saat sudah tidak sibuk di sawah atau di kebun, saat dimana mereka sedang tidak punya penghasilan.
Papa Erni beruntung karena keluarganya juga mengingatkan agar tidak ikut-ikutan menambang. Bagi mereka pertambangan yang tidak terkendali akan merusak alam dan sulit untuk mengembalikannya pada kondisi semula. ”Taman Nasional akan rusak jika kita tambang dan kalau rusak maka yang akan merasakan bukan hanya masyarakat di sini tapi juga sampai hulu sana” paparnya lebih lanjut. Papa Erni juga menuturkan bahwa dia dan teman-teman petani lainnya pernah dua kali membongkar tromol yang membuang limbahnya ke saluran air yang mengaliri sawah mereka. ”Taman Nasional ini bukan hanya untuk kita, melainkan juga untuk anak cucu kita atau generasi mendatang” ungkapnya yakin. ”Sebagai petani saya ingin tidak ada lagi perambahan kawasan taman nasional baik untuk pertambangan maupun hal lainnya, siapapun yang telah merusaknya juga harus menanam kembali pepohonan yang telah ditumbangkannya”, serunya mengakhiri perbincangan.
0 komentar:
Posting Komentar